Sejarah Kroe (Krui/Pesisir Barat) Dalam Catatan Belanda






Sejarah Kroe (Krui/Pesisir Barat) Dalam Catatan Belanda
Dalam catatan di buku Bijdrage Tot De Geograpische, Geologische En Ethnograpische Kennis der Afdeeling Kroe / O.L. Helfrich ( tahun 1889) penduduk afdeeling kroe (termasuk liwa):
Eropah : 4 jiwa
China : 14 jiwa
Arab Peranakan : 22 jiwa
Pribumi : 21.230
Total semua : 21.270 jiwa
OL Helfrich juga mencatat bahwa, sarana transportasi jalan sudah bisa menghubungkan dari perbatasan Kaoer ke labuhan Belimbing sepanjang 194 km lebar 2-2,5 meter yaitu jalan pos, dan juga yang menghubungkan ke Residen Palembang dan distrik Lampung.
Masih dalam catatan OL Helfrich (hal 527-529) Afdeeling Kroe juga terbagi menjadi 21 distrik (marga) dan satu yang berdiri sendiri Pasar Pulau Pisang, dan ini nama nama distriknya : Pugung Malaya, Pugung Bandar, Pugung Tampak, Way Sindi, Penggawa Lima Tengah, Penggawa Lima ilir, Pasar Kroe, Way Napal, tenumbang, Ngambur, Ngaras, Bengkunat, Belimbing, Ulu Kroei, Liwa, Kembahang, Buay Kanjangan (batu brak), Buay Blungu, dan suoh.


Tentang munculnya berbagai marga dan cara mereka tunduk pada otoritas kami (pemerintah Hindia Belanda), berikut ini dinyatakan :
Pada awal dominasi Bantam (Kesultanan Banten) hanya ada beberapa marga saja yakni, Sukau, Kembahang, Buay kanjangan (batu brak) dan Buay Blungu didirikan di bawah batoes beowei Njeroepa, buoyei Djalandiwei, buay pernong dan buay bloengoe dan keturunan mereka yang mana marganya dipisahkan satu sama lain oleh batasan-batasan yang cukup besar: seiring waktu, orang-orang dari marga tersebut kehilangan tempat tinggal mereka, lalu menetap di tempat lain dan mendirikan dusun, yang lambat laun menjadi marga.
Dengan demikian, masih di bawah pemerintahan Banten, marga poegoeng tampak, wei sindi, penggawa lima, yang terdiri dari marga mandiri: perpas, negeri, menantjang, bandar pedaka dan tenoembang, mulai ada dan muncul.
Sekitar abad ke-15 orang orang Jawa dari Kesultanan palembang dikenal sebagai kedjawaiin. Melakukan penyerangan di daerah sukau, buay kanjangan, dan buay blungu, karena kalah perang penduduknya lari beberapa ke semangka, yang lain ke gunung besagi.
Setengah abad kemudian, para pengungsi yang disebutkan terakhir kembali ke wilayah mereka sebelumnya, sekali lagi mendirikan dusun, yang kemudian membentuk dua marga, juga disebut sukau dan kembahang, dan yang wilayahnya melalui hal yang sama.
Keturunan sukau dan kembahang disebut dan yang wilayahnya memiliki batas yang sama seperti sebelumnya. Keturunan mereka yang telah membawa ke Semangka kembali ke tempat kelahiran leluhur mereka sekitar abad ke-17 dan menjadi bawahan para pangeran Sukau dan Kembahang yang telah mempersiapkan diri lagi di bawah kedaulatan Sultan Bantam. diajukan; dengan terdiri dari marga : pugung tampak, wei sindi, penggawa lima dan tenumbang yang telah dilindungi dari serangan kedjawaiin, sukau dan kembahang membentuk bagian dari lampung, Subordinasi dari bantam (Kesultanan Banten)
Sementara marga buay kanjangan dan buay blungu, yang tertindas oleh Kedjawaiin dengan hasil bahwa wilayah mereka dimasukkan ke dalam wilayah Sultan Palembang.
Meskipun pada 1751 pangeran bantam (banten) Pangeran Gusti yang berkuasa saat itu, ia menyerahkan lampung ke VOC, sebagai imbalan atas bantuan yang ditunjukkan kepadanya dalam perang melawan ratu Sarifa Fatimah dari Sultan Abdul Fatachi Muhammad Sah, yang meninggal pada 1750, namun lampung dan marganya tetap dikontrol dan patuh pada Sultan Banten, karena itu VOC tidak mungkin mempertahankannya di sana.
Ini juga terjadi pada tahun 1808, ketika kesultanan bantam (Banten) sendiri dinyatakan oleh Daendels sebagai wilayah Hindia Belanda, Lampung ditambahkan ke negara-negara sekitarnya dari Batavia.
Ketika Belanda kalah dengan Inggris (Van Raffles) Otoritas langsung atas wilayah-wilayah tersebut dilakukan di bawah administrasi Inggris (Van Raffles), ketika pada tahun 1813 gubernur jenderal ini mengganti Pangeran yang memerintah dari Bantam (Banten), Ratu Alaudin, untuk melepaskan wilayah lampung dengan nama kroe, ke benkoelen (Bengkulu)
Jumlah margas meningkat di bawah pemerintahan Van Raffles (Inggris); misalnya permukiman dibentuk oleh orang-orang, dari kembahang menjadi marga ngambur; marga sukau( semangka dan ranau), marga ngaras, bengkunat dan belimbing, pugung bandar dan pugung malaya. Kampung juga didirikan di dekat Sungai Kroe oleh orang-orang dari Pau, Leba Haji, Semangka dan Benkoeloe, yang mendapatkan nama: Kampong Pau, Kampung Leba Haji, Kampung Semangka dan Kampong Bengkoeloe.
Pada tahun 1824 ketika Inggris kalah dari Belanda, onderafdeeling Kroe ada dimasukkan ke benkoelen, dalam perjanjian yang dibuat antara Inggris dan Belanda, diserahkan terdiri dari marga: sukau, kembahang, pugung tampak, pugung bandar, pugung malaya, wei sindi, penggawa lima , tenumbang, ngaras, ngambur, bengkunat dan belimbing dan kampung pau, leba haji, semangka dan bengkulu.
Selama otoritas Belanda, Marga dan Pasar berikut ini dibentuk secara berurutan:
Pada tahun 1835 Pasar Pulau Pisang melalui pemukiman dimulai dari kampong bengkulu;
Pada tahun 1852 marga wei napal oleh pemukiman diasumsikan marga nasal (saat ini para ahli geologi di afdeeling Kaur)
Pada tahun 1860 pasar krui terdiri dari 4 kampung: pau, leba-haji, semangka dan bengkulu;
pada tahun 1861 marga liwa dan sukau (setelah perpecahan marga sukau)
pada tahun 1871 para penggawa lima ilir, penggawa lima tengah, dan penggawa lima ulu;
pada 1878 marga suoh; pada tahun itu dengan keputusan pemerintah tertanggal .. 12 Januari 1878 no 2 (Lembaran Resmi 1878 no 27) marga buay kanjangan dan buay blungu dari subdivisi ranau distrik (afdeeling koomering dan ogan ulu, enim dan distrik ranau, Residen Palembang) dipisahkan dan ditambahkan ke afdeeling kroe yang baru ;
pada 1882 Marga liwa dan ulu kroe setelah memisahkan marga liwa
Tempat tempat utama afdeeling Kroe :

1. di marga Pugung-Malaja: Malaja, ibukota marga; Tandjoeng Sakti ada lamban Balak, dengan pasanggrahan; Lemong, tempat perekonomian/perkebunan marga.2. di Marga Poegoeng-Bandar: Bandar, Ibukouta marga; Penengahan, tempat perekonomian/perkebunan marga.3. di marga Poegoeng Tampak: Negri, ibukota marga di Lamban Ballak, Kurippan ada juga Lamban balak tempat pertemuan marga · 4. dalam marga wei-Sindi: Ibukota utamanya Oelok Pandan; Sukadana, Sukamarga dan Laboeau Pangeran, di pulau Poelan-Pisang; 5. di Margas Panggawa-Lima-Uluu, Panggawa-Lima-Tengah dan Panggawa-Lima-Ilir: Negri, Bandar dan Pedada, masing-masing ibukota marga; 6. di marga Pasar-Kroe: Pasar Kroe tempat utama divisi dan tempat controleur berada. Pasar luas dan dengan tetangga Pasars Melija dan Baroe sekitarnya Ada sebuah sekolah inlander: penuh sesak. Ini adalah tempat perdagangan terbesar dan paling penting dari divisi ini.7. dalam marga Wei-Napal, Toenoembang, Ngambur, Ngaras, Bengkoenat dan Blimbing: Wei-Napal, Boemi-Lebo, Negri-Ba.toe, Negri, Sukamarga dan Wei-'T'ijas, masing-masing ibukota marga ~ Lamban Blimbing terletaj di teluk dengan nama yang sama (Teluk belimbing), terletak tidak jauh dari mercusuar di pantai den Vlakken hoek.8. dalam Marga Ueloe-Kroe, Sukau, Kembahang, Buewei-Kanja1tgan, Buwei-Bloengoe dan Suwo: Goeuoeng-Kemala, Negri, Negri Ratoe, Pekon-Ballak, Kenali dan Negri, masing-masing merupakan tempat utama dari marga itu; 9. dalam marga Liwa: Negara Batin, tempat utama marga, sejak Oktober 1884 tempat kediaman asssiten controleur, yang di bawah komando controleur dibebankan dengan administrasi marga: Liwa, Sukau, Kembahang, Buwei-Kanjangan,Boewi-Bloengoe dan Suwo. Ada pasanggrahan besar, yang berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai negeri sipil;10. di pulau Poelau-Pisang: Pnsar Poelau-Pisang yang makmur dan baru-baru ini dibangun, dua tempat perdagangan pemukiman dan lokasi Datoek. Selaras juga badan Asosiasi Perdagangan Belanda didirikan.


Bentuk Administrasi Pemerintahan di Afdeeling Kroe, Residentie Benkoelen
Catatatan OL Hilfrich tahun 1885

Administrasi afdeeling ada di tangan seorang Controleur, dibantu oleh seorang assisten controleur, seorang mantri dan Juru Tulis, sementara di berbagai divisi pelayanan ada dokte jawa, seorang tukang vaksin, dua guru pembantu, seorang pengawas utama dari Bea dan Cukai dan manajer gudang
Pasukan polisi yang terdiri dari 11 orang dan 1 kopral siap membantu petugas kepolisian, yang bertanggung jawab untuk melibatkan para penjaga di perkebunan dan penjara, mengangkut tahanan dan mengirim surat mendesak.
Controleur langsung di bawah perintah Residen benkoelen, dia, selain dari membawahi petugas administrasi dan polisi, ketua rapat, juga penerima umum rumah kas negara itu, syah bandar pelabuhan.
Untuk seorang mantri adalah perantara administrasi Eropa dan pribumi; karena dia harus selalu bertindak sebagai penerjemah, oleh karena itu masalah yang sangat penting adalah seseorang memilih pekerjaan ini seseorang yang benar-benar akrab dengan bahasa lampong.
Dan setiap marga di Afdeeling Kroe, dikepalai seorang Kepala Marga yang disebut Pasirah, tapi untuk Pasar Krui dan Pasar Pulau Pisang disebut Datuk. Setiap para Pasirah Dan datuk ditunjuk dan diberhentikan oleh controleur atas nama Residen Benkolen atas pilihan rakyat
Stuktur Administrasi Marga Dan Pasar :
1. Pasirah atau Datuk
2. Proatin (Perwatin)
3. Pemangku Marga
4. Pemangku dusun
5. Pegawai Marga, Dusun dan Haji
6. Penduduk
Ini tentu masih perlu dieksplore lagi, tapi minimal litetarur ini menjadi khazanah untuk kita....



....................................
Afdeeling Kroe (Kabupaten Krui) Residentie Benkoelen (sensus 1929)
Onderdistrict Pasisir :
1. Pasar Kroe : Pasar Melia, Pasar Ilir, Pasar Tengah, Pasar oeloe, Permongan, Seraij, Padang Negeri, Kampoeng Djawa (Jumlah Penduduk : 2263 jiwa)
2. Oeloe Kroe :Kamat, Soekaradja, Soeka Marga, Goenoeng Kemala.( jumlah penduduk ; 1797 jiwa)
3. Poelaoe Pisang ; Poelae Pisang (jumlah penduduk : 404)
4. Waij Sindi : Bandar, Pekon Lok, Soeka Marga, Seoka Dana, Laboehan, Tebakak, Radja Basa, Kota Tengah, Ambolijoh, Terdanah, Padang Tjermin, Olok Pandan, Lombok (jumlah penduduk : 2679)
5.Poegoeng Tampak ; Kotakarang, Kerbang, Negeri, Keoripan, Padang Rindoe, Waloer (jumlah penduduk : 1225 jiwa)
6. Poegoeng Melaja : Tanndjoeng Sakti, Lemong, Melaja (jumlah penduduk : 1034 jiwa)
7. Poegoeng Penengahan : Penengahan, Bandar, Bambang, Soeka Bandjar (jumlah penduduk : 1211 jiwa)
8. Belimbing : Bandar Dalam, Waij Haroe (jumalh penduduk : 398 jiwa)
9. Bengkoenat : Katengoehan, Soeka Marga, Tandjoeng, Pagar Boekit (jumlah penduduk : 1040 jiwa)
10. Ngaras : Negeri, Kota Batoe, Tandjoeng Djati, Radja Basa (jumlah penduduk : 854 jiwa)
11. Waij Napal : Padanga Raja, Waij Napal (jumlah penduduk ; 374 jiwa)
12. Penggawa Lima oeloe : Poendjoeng, Negeri, Negara, Perpas, Padang Tjahja, Kebagoesan, Pekan balak, Penengahan, Kaboeajan, Penjaboengan (jumlah penduduk : 2205)
13. Penggawa Lima tengah (bandar) : Bandar, Menantjang, Kegeringan, Tandjoeng Melija (jumlah penduduk : 916 jiwa)
14. Penggawa Lima Ilir : Boemi waras, Pedada, Bandjar negeri (jumlah penduduk : 881 jiwa)
15. Ngamboer : Marang, Negeri ratoe, Bandjar negeri, Pekan mon, Koeningan, Gedoeng Tjahja (jumlah penduduk : 1041 jiwa)
16. Tenoembang : Mendiri, Boemi Leboe, Tandjoeng beringin, Tandjoeng Djati, Pagar Dalam, Pedadawan (jumlah penduduk : 1306 jiwa)
Total 19.628 jiwa

Sumber :
Bijdrage Tot De Geograpische, Geologische En Ethnograpische Kennis der Afdeeling Kroe / O.L. Helfrich ( tahun 1889
Sensus penduduk Pemerintah Hindia Belanda tahun 1929


1 comment: