Sejarah Kroe (Krui/Pesisir Barat) Dalam Catatan Belanda






Sejarah Kroe (Krui/Pesisir Barat) Dalam Catatan Belanda
Dalam catatan di buku Bijdrage Tot De Geograpische, Geologische En Ethnograpische Kennis der Afdeeling Kroe / O.L. Helfrich ( tahun 1889) penduduk afdeeling kroe (termasuk liwa):
Eropah : 4 jiwa
China : 14 jiwa
Arab Peranakan : 22 jiwa
Pribumi : 21.230
Total semua : 21.270 jiwa
OL Helfrich juga mencatat bahwa, sarana transportasi jalan sudah bisa menghubungkan dari perbatasan Kaoer ke labuhan Belimbing sepanjang 194 km lebar 2-2,5 meter yaitu jalan pos, dan juga yang menghubungkan ke Residen Palembang dan distrik Lampung.
Masih dalam catatan OL Helfrich (hal 527-529) Afdeeling Kroe juga terbagi menjadi 21 distrik (marga) dan satu yang berdiri sendiri Pasar Pulau Pisang, dan ini nama nama distriknya : Pugung Malaya, Pugung Bandar, Pugung Tampak, Way Sindi, Penggawa Lima Tengah, Penggawa Lima ilir, Pasar Kroe, Way Napal, tenumbang, Ngambur, Ngaras, Bengkunat, Belimbing, Ulu Kroei, Liwa, Kembahang, Buay Kanjangan (batu brak), Buay Blungu, dan suoh.


Tentang munculnya berbagai marga dan cara mereka tunduk pada otoritas kami (pemerintah Hindia Belanda), berikut ini dinyatakan :
Pada awal dominasi Bantam (Kesultanan Banten) hanya ada beberapa marga saja yakni, Sukau, Kembahang, Buay kanjangan (batu brak) dan Buay Blungu didirikan di bawah batoes beowei Njeroepa, buoyei Djalandiwei, buay pernong dan buay bloengoe dan keturunan mereka yang mana marganya dipisahkan satu sama lain oleh batasan-batasan yang cukup besar: seiring waktu, orang-orang dari marga tersebut kehilangan tempat tinggal mereka, lalu menetap di tempat lain dan mendirikan dusun, yang lambat laun menjadi marga.
Dengan demikian, masih di bawah pemerintahan Banten, marga poegoeng tampak, wei sindi, penggawa lima, yang terdiri dari marga mandiri: perpas, negeri, menantjang, bandar pedaka dan tenoembang, mulai ada dan muncul.
Sekitar abad ke-15 orang orang Jawa dari Kesultanan palembang dikenal sebagai kedjawaiin. Melakukan penyerangan di daerah sukau, buay kanjangan, dan buay blungu, karena kalah perang penduduknya lari beberapa ke semangka, yang lain ke gunung besagi.
Setengah abad kemudian, para pengungsi yang disebutkan terakhir kembali ke wilayah mereka sebelumnya, sekali lagi mendirikan dusun, yang kemudian membentuk dua marga, juga disebut sukau dan kembahang, dan yang wilayahnya melalui hal yang sama.
Keturunan sukau dan kembahang disebut dan yang wilayahnya memiliki batas yang sama seperti sebelumnya. Keturunan mereka yang telah membawa ke Semangka kembali ke tempat kelahiran leluhur mereka sekitar abad ke-17 dan menjadi bawahan para pangeran Sukau dan Kembahang yang telah mempersiapkan diri lagi di bawah kedaulatan Sultan Bantam. diajukan; dengan terdiri dari marga : pugung tampak, wei sindi, penggawa lima dan tenumbang yang telah dilindungi dari serangan kedjawaiin, sukau dan kembahang membentuk bagian dari lampung, Subordinasi dari bantam (Kesultanan Banten)
Sementara marga buay kanjangan dan buay blungu, yang tertindas oleh Kedjawaiin dengan hasil bahwa wilayah mereka dimasukkan ke dalam wilayah Sultan Palembang.
Meskipun pada 1751 pangeran bantam (banten) Pangeran Gusti yang berkuasa saat itu, ia menyerahkan lampung ke VOC, sebagai imbalan atas bantuan yang ditunjukkan kepadanya dalam perang melawan ratu Sarifa Fatimah dari Sultan Abdul Fatachi Muhammad Sah, yang meninggal pada 1750, namun lampung dan marganya tetap dikontrol dan patuh pada Sultan Banten, karena itu VOC tidak mungkin mempertahankannya di sana.
Ini juga terjadi pada tahun 1808, ketika kesultanan bantam (Banten) sendiri dinyatakan oleh Daendels sebagai wilayah Hindia Belanda, Lampung ditambahkan ke negara-negara sekitarnya dari Batavia.
Ketika Belanda kalah dengan Inggris (Van Raffles) Otoritas langsung atas wilayah-wilayah tersebut dilakukan di bawah administrasi Inggris (Van Raffles), ketika pada tahun 1813 gubernur jenderal ini mengganti Pangeran yang memerintah dari Bantam (Banten), Ratu Alaudin, untuk melepaskan wilayah lampung dengan nama kroe, ke benkoelen (Bengkulu)
Jumlah margas meningkat di bawah pemerintahan Van Raffles (Inggris); misalnya permukiman dibentuk oleh orang-orang, dari kembahang menjadi marga ngambur; marga sukau( semangka dan ranau), marga ngaras, bengkunat dan belimbing, pugung bandar dan pugung malaya. Kampung juga didirikan di dekat Sungai Kroe oleh orang-orang dari Pau, Leba Haji, Semangka dan Benkoeloe, yang mendapatkan nama: Kampong Pau, Kampung Leba Haji, Kampung Semangka dan Kampong Bengkoeloe.
Pada tahun 1824 ketika Inggris kalah dari Belanda, onderafdeeling Kroe ada dimasukkan ke benkoelen, dalam perjanjian yang dibuat antara Inggris dan Belanda, diserahkan terdiri dari marga: sukau, kembahang, pugung tampak, pugung bandar, pugung malaya, wei sindi, penggawa lima , tenumbang, ngaras, ngambur, bengkunat dan belimbing dan kampung pau, leba haji, semangka dan bengkulu.
Selama otoritas Belanda, Marga dan Pasar berikut ini dibentuk secara berurutan:
Pada tahun 1835 Pasar Pulau Pisang melalui pemukiman dimulai dari kampong bengkulu;
Pada tahun 1852 marga wei napal oleh pemukiman diasumsikan marga nasal (saat ini para ahli geologi di afdeeling Kaur)
Pada tahun 1860 pasar krui terdiri dari 4 kampung: pau, leba-haji, semangka dan bengkulu;
pada tahun 1861 marga liwa dan sukau (setelah perpecahan marga sukau)
pada tahun 1871 para penggawa lima ilir, penggawa lima tengah, dan penggawa lima ulu;
pada 1878 marga suoh; pada tahun itu dengan keputusan pemerintah tertanggal .. 12 Januari 1878 no 2 (Lembaran Resmi 1878 no 27) marga buay kanjangan dan buay blungu dari subdivisi ranau distrik (afdeeling koomering dan ogan ulu, enim dan distrik ranau, Residen Palembang) dipisahkan dan ditambahkan ke afdeeling kroe yang baru ;
pada 1882 Marga liwa dan ulu kroe setelah memisahkan marga liwa
Tempat tempat utama afdeeling Kroe :

1. di marga Pugung-Malaja: Malaja, ibukota marga; Tandjoeng Sakti ada lamban Balak, dengan pasanggrahan; Lemong, tempat perekonomian/perkebunan marga.2. di Marga Poegoeng-Bandar: Bandar, Ibukouta marga; Penengahan, tempat perekonomian/perkebunan marga.3. di marga Poegoeng Tampak: Negri, ibukota marga di Lamban Ballak, Kurippan ada juga Lamban balak tempat pertemuan marga · 4. dalam marga wei-Sindi: Ibukota utamanya Oelok Pandan; Sukadana, Sukamarga dan Laboeau Pangeran, di pulau Poelan-Pisang; 5. di Margas Panggawa-Lima-Uluu, Panggawa-Lima-Tengah dan Panggawa-Lima-Ilir: Negri, Bandar dan Pedada, masing-masing ibukota marga; 6. di marga Pasar-Kroe: Pasar Kroe tempat utama divisi dan tempat controleur berada. Pasar luas dan dengan tetangga Pasars Melija dan Baroe sekitarnya Ada sebuah sekolah inlander: penuh sesak. Ini adalah tempat perdagangan terbesar dan paling penting dari divisi ini.7. dalam marga Wei-Napal, Toenoembang, Ngambur, Ngaras, Bengkoenat dan Blimbing: Wei-Napal, Boemi-Lebo, Negri-Ba.toe, Negri, Sukamarga dan Wei-'T'ijas, masing-masing ibukota marga ~ Lamban Blimbing terletaj di teluk dengan nama yang sama (Teluk belimbing), terletak tidak jauh dari mercusuar di pantai den Vlakken hoek.8. dalam Marga Ueloe-Kroe, Sukau, Kembahang, Buewei-Kanja1tgan, Buwei-Bloengoe dan Suwo: Goeuoeng-Kemala, Negri, Negri Ratoe, Pekon-Ballak, Kenali dan Negri, masing-masing merupakan tempat utama dari marga itu; 9. dalam marga Liwa: Negara Batin, tempat utama marga, sejak Oktober 1884 tempat kediaman asssiten controleur, yang di bawah komando controleur dibebankan dengan administrasi marga: Liwa, Sukau, Kembahang, Buwei-Kanjangan,Boewi-Bloengoe dan Suwo. Ada pasanggrahan besar, yang berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai negeri sipil;10. di pulau Poelau-Pisang: Pnsar Poelau-Pisang yang makmur dan baru-baru ini dibangun, dua tempat perdagangan pemukiman dan lokasi Datoek. Selaras juga badan Asosiasi Perdagangan Belanda didirikan.


Bentuk Administrasi Pemerintahan di Afdeeling Kroe, Residentie Benkoelen
Catatatan OL Hilfrich tahun 1885

Administrasi afdeeling ada di tangan seorang Controleur, dibantu oleh seorang assisten controleur, seorang mantri dan Juru Tulis, sementara di berbagai divisi pelayanan ada dokte jawa, seorang tukang vaksin, dua guru pembantu, seorang pengawas utama dari Bea dan Cukai dan manajer gudang
Pasukan polisi yang terdiri dari 11 orang dan 1 kopral siap membantu petugas kepolisian, yang bertanggung jawab untuk melibatkan para penjaga di perkebunan dan penjara, mengangkut tahanan dan mengirim surat mendesak.
Controleur langsung di bawah perintah Residen benkoelen, dia, selain dari membawahi petugas administrasi dan polisi, ketua rapat, juga penerima umum rumah kas negara itu, syah bandar pelabuhan.
Untuk seorang mantri adalah perantara administrasi Eropa dan pribumi; karena dia harus selalu bertindak sebagai penerjemah, oleh karena itu masalah yang sangat penting adalah seseorang memilih pekerjaan ini seseorang yang benar-benar akrab dengan bahasa lampong.
Dan setiap marga di Afdeeling Kroe, dikepalai seorang Kepala Marga yang disebut Pasirah, tapi untuk Pasar Krui dan Pasar Pulau Pisang disebut Datuk. Setiap para Pasirah Dan datuk ditunjuk dan diberhentikan oleh controleur atas nama Residen Benkolen atas pilihan rakyat
Stuktur Administrasi Marga Dan Pasar :
1. Pasirah atau Datuk
2. Proatin (Perwatin)
3. Pemangku Marga
4. Pemangku dusun
5. Pegawai Marga, Dusun dan Haji
6. Penduduk
Ini tentu masih perlu dieksplore lagi, tapi minimal litetarur ini menjadi khazanah untuk kita....



....................................
Afdeeling Kroe (Kabupaten Krui) Residentie Benkoelen (sensus 1929)
Onderdistrict Pasisir :
1. Pasar Kroe : Pasar Melia, Pasar Ilir, Pasar Tengah, Pasar oeloe, Permongan, Seraij, Padang Negeri, Kampoeng Djawa (Jumlah Penduduk : 2263 jiwa)
2. Oeloe Kroe :Kamat, Soekaradja, Soeka Marga, Goenoeng Kemala.( jumlah penduduk ; 1797 jiwa)
3. Poelaoe Pisang ; Poelae Pisang (jumlah penduduk : 404)
4. Waij Sindi : Bandar, Pekon Lok, Soeka Marga, Seoka Dana, Laboehan, Tebakak, Radja Basa, Kota Tengah, Ambolijoh, Terdanah, Padang Tjermin, Olok Pandan, Lombok (jumlah penduduk : 2679)
5.Poegoeng Tampak ; Kotakarang, Kerbang, Negeri, Keoripan, Padang Rindoe, Waloer (jumlah penduduk : 1225 jiwa)
6. Poegoeng Melaja : Tanndjoeng Sakti, Lemong, Melaja (jumlah penduduk : 1034 jiwa)
7. Poegoeng Penengahan : Penengahan, Bandar, Bambang, Soeka Bandjar (jumlah penduduk : 1211 jiwa)
8. Belimbing : Bandar Dalam, Waij Haroe (jumalh penduduk : 398 jiwa)
9. Bengkoenat : Katengoehan, Soeka Marga, Tandjoeng, Pagar Boekit (jumlah penduduk : 1040 jiwa)
10. Ngaras : Negeri, Kota Batoe, Tandjoeng Djati, Radja Basa (jumlah penduduk : 854 jiwa)
11. Waij Napal : Padanga Raja, Waij Napal (jumlah penduduk ; 374 jiwa)
12. Penggawa Lima oeloe : Poendjoeng, Negeri, Negara, Perpas, Padang Tjahja, Kebagoesan, Pekan balak, Penengahan, Kaboeajan, Penjaboengan (jumlah penduduk : 2205)
13. Penggawa Lima tengah (bandar) : Bandar, Menantjang, Kegeringan, Tandjoeng Melija (jumlah penduduk : 916 jiwa)
14. Penggawa Lima Ilir : Boemi waras, Pedada, Bandjar negeri (jumlah penduduk : 881 jiwa)
15. Ngamboer : Marang, Negeri ratoe, Bandjar negeri, Pekan mon, Koeningan, Gedoeng Tjahja (jumlah penduduk : 1041 jiwa)
16. Tenoembang : Mendiri, Boemi Leboe, Tandjoeng beringin, Tandjoeng Djati, Pagar Dalam, Pedadawan (jumlah penduduk : 1306 jiwa)
Total 19.628 jiwa

Sumber :
Bijdrage Tot De Geograpische, Geologische En Ethnograpische Kennis der Afdeeling Kroe / O.L. Helfrich ( tahun 1889
Sensus penduduk Pemerintah Hindia Belanda tahun 1929


Sebuah Ikhtiar Kala Lihat Carut Marutnya Demokrasi Suara Terbanyak Tapi Rasa Oligarki.


Kala melihat hasil politik "one vote one man" yang hanya menghasilkan para wakil rakjat/ pemimpin yang harus gali lubang tutup lubang (karena biaya politik yang tinggi), praktek curang, politik balik modal dan seringkali terjadi konflik diakar rumput, sempat terpikir kenapa sih gak pake sistem rekrutmen kayak PNS/ASN saja untuk mencari wakil rakjat, bupati/walikota, gubernur bahkan presiden sekalipun.

Negara lewat KPUnya membuka lowongan pekerjaan untuk menjadi wakil rakjat, bupati/walikota, gubernur bahkan presiden. Beberapa prasyarat ditentukan seperti intelegensia, kredibilitas, kapabilitas, moralitas yang grid A, sehingga ada tahapan tahapan tes yang harus dilalui, dan semua rakjat yang mampu dibuka seluas-luasnya untuk mendaftarkan diri.

Sebagai contoh kala kita butuh Bupati/walikota di sebuah kota/kabupaten, KPU setempat mengumumkan secara terbuka, beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti tahapan tersebut bahkan test sampai test akhir dilakukan secara terbuka dan didepan umum, sehingga rakjat bisa melihat secara langsung mereka mereka yang akan jadi pelayan mereka. Intelektualitas, kredibilitas, kapabiltas dan moralitasnya dan tidak perlu ada voting, semua dilakukan secara terbuka, sehingga praktek kongkalikong, kolusi, yakin tidak akan terjadi. 

Tidak perlu lagi kampanye, perang baliho, beli suara, pemungutan suara, karena rakjat butuh pelayan rakjat. Mereka mereka yang juga bagian dari rakjat itu, ingin mengabdi, silakan mendaftarkan diri. Politik biaya tinggi gak ada lagi, politik dagang sapi hilang, bagi bagi kekuasaan sirna, dan mereka yang terpilih dari seleksi itu benar benar menjadi Pelayan bagi rakjatnya. Dan proses ini diberlakukan disemua tingkatan dari desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi bahkan negara.

Tapi ini khan hanya ikhtiar saja, kala kita semua sudah mulai jengah dengan hasil politik "one man one vote", politik kongkalikong, politik konspirasi, politik dagang sapi dan turunannya.

Kontestasi Pilkada 2020 Pesisir Barat


Catatan dari berbagai sumber....
Perhelatan Pilkada 2020 di Kabupaten Pesisir Barat, Dan tahapan Pilkada 2020 pun sudah diundangkan di PKPU No 15 Tahun 2019. Dan beberapa kandidat mulai "menampakkan" diri, selain Bupati Petahana Agus Istiqlal yang akan maju kembali dan Wabup Petahana Erlina juga akan ikut kontestasi tersebut. Beberapa nama pun sudah mulai terlihat mendaftarkan diri di beberapa Parpol di Pesibar yang membuka Penjaringan Balon Bup Pilkada 2020.

Sesuai hasil Pemilu Legislatif 2019, di Pesisir Barat hanya ada dua parpol yang bisa mengusung calon bupati dan wakil bupati sendiri, yakni Partai NasDem dan PDIP. Dilihat dari peta politik itu hampir bisa dipastikan sudah ada dua pasangan cabup/cawabup, tentu jika dilihat dari konstelasi politik lokal di pesibar kandidat yang akan ikut kontestasi itu bisa 4 pasangan calon bup/wabup, dan kalau dilihat karakter politik yang dinamis dan unpredict, ini akan terjadi banyak kemungkinan.
NasDem dengan Haji Agus Istiqlal Bupati Petahana yang juga Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Pesisir Barat, ini hampir bisa dipastikan, yang masih "kabur" adalah wakil bupatinya yang akan mendampinginya. Seperti dilansir beberapa media di pesibar ada tiga kandidat kuat yang akan menjadi pendamping Haji Agus Istiqlal, yakni : Pun Zulqoini Syarif, Drs. Azhari, MM dan Sri Dahliawaty,.SH.M.Kn.
PDIP, menurut beberapa informasi dari internal PDIP, Pieter yang juga Ketua DPC PDIP Pesibar dan Elti Yunani yang dimajukan, tapi ini juga baru prediksi, karena di PDIP baru selesai proses tahapan tingkat Kabupaten. Bisa saja nama nama lain akan muncul, tapi yang pasti PDIP akan mengusung sendiri.
PKB, meski partai ini jumlah kursinya tidak cukup untuk mengusung sendiri calon bup/wabup, Ketua DPC PKB, Erlina yang juga Wakil Bupati Petahana saat ini pun sudah menyatakan ikut dalam kontestasi Pilkada 2020. Arah nya juga belum jelas, tapi yang pasti akan berkoalisi, yang memungkinkan adalah Golkar Dan Demokrat.
Demokrat, sama dengan PKB tapi kala Aria Lukita yang identik dengan demokrat mulai mendaftar di penjaringan di beberapa parpol, sedikit banyak arah nya sudah bisa dibaca, apalagi muncul nama Rahman Kholid, Ketua DPD II Golkar yang juga ikut meramaikan bursa Balon Bup/Wabup. Ini akan menjadi konstelasi politik yang dinamis.
Semua masih "meraba", tapi yang baru bisa dipastikan akan mengusung sendiri hanya dua partai, yakni: NasDem dan PDIP.

FATALISME



Fatalisme dari kata dasar fatal, adalah sebuah sikap seseorang dalam menghadapi permasalahan atau hidup. Apabila paham seseorang dianggap sangat pasrah dalam segala hal, maka inilah disebut fatalisme. Dalam paham fatalisme, seseorang sudah dikuasai oleh nasib dan tidak bisa merubahnya. Kata sifat daripada fatalisme adalah fatalistis. fatalisme sangat berbahaya bagi perkembangan suatu bangsa karena mereka yang menganut faham demikian akan membawa kehancuran dan kerusakan.

Ini yang akan terjadi kala segalanya menjadi tidak jelas, penguasa represif, rakjat dibungkam, teriak disangkakan menghina bahkan dituduh makar, kritik disangkakan ujaran kebencian dan penjara menanti.

Keluh kesah dikatakan menjadi beban negara, kala teriak tentang jaminan kesehatan, malah disuruh jangan sakit; pokoknya serba tidak jelas.....

Tapi mau di-apa -kan lagi...Dan yang ditakutkan rakjat menjadi apatis, dan cenderung fatalistis....Ini yang berbahaya...

Tapi tenang itu hanja dongeng sajalah...fiksi kok...

Jadi gak usah baper kok....
NKRI masih baik baik saja kok...
Merdeka 100% 
Tetep Juga Tidak mati

SATU ORANG SATU SUARA



Penggawa V Tengah, 

Satu Suara Satu Orang (One Man One Vote) adalah bagian dari demokrasi yang dianut di negeri kita ini, Siapapun yang akan jadi pemimpin, baik di Legislatif, Gubernur, Bupati/Walikota, bahkan presiden pun, tidak ditentukan kualitas dan pertimbangan intelektualitas. Dan ingat sistem ini memungkinkan siapa saja terpilih, bahkan orang jahil dan orang tak waras sekalipun. Karena setiap warga negara mempunyai hak & nilai yang sama (one man one vote).

Sistem ini memungkinkan memberikan peluang kepada mereka yang berkepentingan untuk berkuasa dan dengan cara apapun  untuk  meraih suara sebanyak banyaknya. Salah satunya adalah media massa dan media sosial, yang menjadi satu diantara senjata yang digunakan untuk membangun citra diri dan kadangkala merekayasa popularitas demi eletakbilitas.

Dan semakin majunya teknologi informasi ini, dan makin tergantungnya masyarakat pada eksistensi media massa dan media sosial sebagai ruang informasi yang mengakibatkan dunia bak sebuah desa kecil. Ini akan mudah dijadikan sarana "pencucian otak" dan "Pencitraan" calon calon penguasa membangun popularitasnya.

Dan mereka yang memiliki modal (para pemilik modal) akan semakin masif menggiring opini, membangun popularitas, 'brain wash' , dan mem-personal-kan calon penguasa mereka yang bisa dibuat nampak mulia.

Lalu kemiskinan adalah lahan subur untuk menabur ribuan rupiah untuk membeli suara, dan janji janji manis terbuang berbusa busa yang bisa me"ninabobo"kan rakjat. Dan mereka para pemodal besar adalah pemilik demokrasi ini. 

Dan demokrasi seperti ini tidak menjamin lagi hadir nya pemimpin yang negarawan, bahkan makin jauh sajalah keinginan memakmurkan dan mensejahterakan rakjat. Karena mereka pun sudah terkooptasi oleh para pemilik modal. 

Dan akhirnya hanya akan menghasilkan para para penguasa sajalah.

Demokrasi ini menjadikan, suara terbanyak adalah kemenangan, suara terbanyak adalah kebenaran, bahkan ada yang berani bilang bahwa suara terbanyak adalah suara Tuhan... (busyet dah)

Dan akhirnya "Kualitas Ditikam Oleh Kuantitas"
Wassalam








Yang Percaya, Percayalah Yang Ingkar, Ingkarlah

Untuk anak cucuku Jamaah Maiyah saya meminta workshop Sinau Bareng Agustus-Oktober 2019 karena cinta saya mendorong mencarikan jalan, wilayah, sabil dan maqamat yang menurut saya minimal mudlaratnya untuk masa depan kalian. Saya ulang lagi, agar kalian tidak tertekan oleh apapun yang semestinya kalian tidak tertekan. Agar kalian tidak bingung, sedih, menderita, frustrasi, putus asa, berang dan marah, oleh hal-hal yang tidak selayaknya membuat kalian mengalami itu semua.
Yang saya harapkan hanya kalian belajar bersama, tanpa keharusan untuk mengikuti atau taat kepada pemikiran dan jalan hidup saya. Sebab kalian bukanlah saya dan saya bukanlah kalian. Uswatun hasanah kita adalah Rasulullah Muhammad saw, bukan saya. Panutan kita bersama adalah Kanjeng Nabi, dan sama sekali bukan saya. Nurullahi Muhammad adalah sejengkal sesudah Al-Awwal dan setapak sebelum Al-Akhir.
Anak cucuku berhak (bahkan berkewajiban menurut hak Allah swt) untuk memastikan tidak akan kintir oleh arus sungai Dunia, karena yang kalian belajar dan berlatih adalah berenang-renang di aliran dan gelombang sungai-sungai Sorga. “Tajri min tahtihal anhar”, dan sudah lama kita berlatih memahami dan mengalami “kholidina fiha abada”. Itu bukan kepastian, melainkan keyakinan. Itu bukan kesimpulan, tetapi husnudh-dhon. Itu bukan GR, itu iman. Itu bukan takabbur, melainkan semangat bersyukur.
وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa ingin beriman berimanlah, dan barangsiapa yang ingin ingkar, ingkarlah”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang dhalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ
Kita berpikir mendasar, mengakar, berpikir kesejatian asal-usul, sangkan paran. ”Hanya hak Allah-lah penciptaan dan kekuasaan”. Saya tidak menciptakan diri saya sendiri. Maka saya tidak berkuasa atas diri saya sendiri. Saya tidak menjalani hidup berdasar kemauan, keinginan, nafsu, hak asasi, kreativitas, ide, gagasan, demokrasi, kemerdekaan dan kebebasan saya sendiri. Saya tidak memilih kemerdekaan pribadi, kemerdekaan masyarakat, kemerdekaan Negara dan warganya. Saya memilih kepatuhan kepada yang hanya di tangannya hak atas penciptaan dan kekuasaan.
Anak cucuku Jamaah Maiyah tidak berkewajiban secuil pun untuk mengambil keputusan seperti saya. Apalagi untuk mematuhi keputusan hidup saya. Itu adalah tawar-menawar individu kalian masing-masing dengan Allah swt . Kalau saya hanya mensyahadati Allah swt dan Rasulullah saw dan kepada yang lainnya hanya mencintai tapi tidak mensyahadati (mengakui), kalian boleh ambil keputusan sendiri. Kalau saya menyimpulkan bahwa saya sedang berada di lingkungan kehidupan yang menuhankan pasar dan kekuasaan diri sendiri, kalian berhak mengambil kesimpulan yang berbeda atau sebaliknya.
Kalau saya berketetapan bahwa yang disebut Negara, Pemerintah dan Demokrasi bukanlah Negara, Pemerintah dan Demokrasi, kalian semua sama sekali tidak terikat oleh ketetapan saya. Allah swt menganugerakan kepada kalian kemerdekaan memilih, “faman sya`a falyu`min waman sya`a falyakfur”. Yang mau percaya, percayalah. Yang mau ingkar, ingkarlah. Sedangkan saya tidak punya hak apapun atas kalian semua, kecuali kewajiban mencintai. Sehingga kalian semua dan siapapun juga tidak akan mendapatkan akibat apapun atas keputusan kalian.
Tema Workshop Agustus sd Oktober 2019 yang saya “memaksakan” kepada kalian, mohon dianggap sebagai semacam hadiah atau kado, yang kalian tidak memintanya, yang kalian bahkan bisa menganggap itu adalah paksaan dari saya.
Ada manusia nilai, manusia pasar, manusia istana. Ada berlaku nilai, berlaku pasar, berlaku istana. Ada manusia qimah, manusia suq, manusia daulah. Ada manusia ‘tuhan’, manusia keserakahan, dan manusia kekuasaan. Bahkan kalian berhak mensimulasikannya, memuaikan konteksnya, mengembangkan perspektifnya: ada Masjid Gedhe, ada Pasar Beringharjo dan Malioboro, ada Kraton. Atau idiomatik dan terminologi apapun berdasarkan kadar dan tingkat pengalaman dan pengetahuan kalian masing-masing atau bersama.
Setiap manusia memiliki ketiga-tiganya. Prosentasenya berbeda-beda. Setiap manusia perlu mencari cara untuk mengetahui komposisi potensialitas itu dalam dirinya. Setiap manusia diberi hak untuk memilih menjalani hidupnya berdasarkan skala prioritas alamiah di dalam dirinya, ataukah mengejar kemauannya. Seluruh perangkat peradaban, kebudayaan dan kependidikan dalam masyarakat manusia hanya menyediakan alat-alat pengembangan manusia berdasarkan kemauan keduniaan mereka. Pendidikan keluarga, Sekolah dan Universitas tidak menyusun kurikulum berdasarkan amrullah atau konsep Allah swt dalam menciptakan manusia, melainkan berdasarkan nafsu keduniaan mereka.
Masing-masing manusia diberi komposisi fadlilah yang berbeda-beda. Lihatlah dirimu sendiri dan manusia-manusia kiri kananmu. Ada manusia nilai yang berlaku nilai. Ada manusia nilai yang berlaku pasar dan istana, sehingga memasarkan nilainya untuk keuntungan pasar dan kekuasaan. Ada manusia pasar yang masih berpedoman kepada nilai, tapi ada juga manusia pasar yang hanya menerapkan nilai pasar. Ada manusia istana yang dipenuhi oleh kekuasaan, tapi ada juga manusia kekuasaan yang menjaga nilai. Ada seribu komposisi, jenis, formula, manajemen dan tujuan hidup yang berbeda-beda yang ditempuh oleh manusia.
Kalau kalian mempersepsikan pembidangan-pembidangan, divisi-divisi, departemen-departemen, kementerian-kementerian, profesi-profesi, kecenderungan dan kebiasaan, cara berpikir dan tujuan hidup — kalian bisa menemukan apa, siapa dan kegiatan apa yang tergolong kategori nilai, apa yang pasar dan apa yang istana. Bisa juga variabel, percampuran, pertukaran, kerancuan dan bias di antara ketiganya. Ada yang memprimerkan nilai dan tidak dua lainnya. Ada yang agamanya adalah pasar atau istana. Ada yang tidak mengerti beda asas dan prinsip antara nilai, pasar dan istana. Ada yang seumur hidup tidak mengambil keputusan di antara tiga itu mana yang primer mana yang sekunder.
Kalian juga bisa mempersepsikan dan menganalisis praksis Negara dan masyarakat kita di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, kesehatan, dlsb kemudian menemukan bagan atau gambarannya dalam tiga kecenderungan itu. Saya tidak sedang mengajarkan sesuatu kepada kalian. Saya tidak sedang menuturkan ajaran. Saya hanya menunjuk suatu wilayah, mungkin sedikit membukakan pintu. Kalian merdeka untuk tidak perduli kepada nilai, pasar atau istana. Kalian tidak berkewajiban untuk mencari dan mendalami apa faktor nilai dalam praktek pasar dan istana, seberapa kandungan pasar dalam kegiatan istana dan nilai, atau terdapatkan dimensi istana pada kehidupan para pejalan nilai dan pasar.
Dalam perspektif nilai-pasar-istana itu apa yang sejatinya dilakukan oleh warganegara, anggota sosial, masyarakat, Ormas, Parpol, Pemerintah, Negara dan mainstream Dunia. Adapun kalian sendiri anak cucuku Maiyah akan mengambil keputusan apa dan ke arah mana hari ini hingga hari depan kalian? Atau kalian bahkan merdeka untuk tidak melakukan apapun, tidak mendengar atau belajar apapun dari workshop kehidupan Sinau Bareng ini. Namun demikian saya tetap menitipkan reserve ingatan dan kesadaran, bahwa kalau tidak ada apa-apa, jangan simpulkan bahwa tidak ada apa-apa. Kalau keadaan tenang tenteram, jangan total beranggapan bahwa keadaan benar-benar tenang tenteram. Kalau ini itu diam, hendaklah ingat bahwa diam itu berlakunya hari ini, sedangkan besok pagi, minggu depan, bulan atau tahun depan, tidak pasti diam.
عَسَيْ أَنْ تُكْرِهُوْاشَيْئاًوَهُوَخَيْرٌلَكُمْ وَعَسَيْ أَنْ تُحِبُّوْاشَيْئاًوَهُوَشَرٌّلَكُمْ
17 Agustus 2019
Emha Ainun Nadjib
https://www.caknun.com/2019/yang-percaya-percayalah-yang-ingkar-ingkarlah/